Sukamandi (ANTARA News) - Anggota Komisi IV DPR Republik Indonesia, Herman Khaeron, Sabtu di Sukamandi, Jawa Barat, menjelaskan, kenaikan harga sayuran saat ini lebih disebabkan oleh keterlambatan distribusi. Menurut Herman, adanya kenaikan harga komoditas hortikultura di beberapa daerah bukanlah disebabkan oleh faktor produksi barang.

"Saya melihat hasil produksi komoditas sayuran di beberapa daerah masih terbilang normal sehingga kenaikan harga komoditas sayuran tidak terlalu signifikan,"ungkap Herman, saat melakukan Kunjungan Kerja Lapang di Balai PT. Sang Hyang Seri Sukamandi Kecamatan Ciasem Subang.

Dia juga mengatakan, adanya kenaikan hara komoditas sayuran tersebut lebih disebabkan oleh budaya pasar.

Adanya faktor anomali cuaca maupun curah hujan tinggi yang mengguyur di penghujung tahun 2010 ii, katanya, merupakan salah faktor yang mempengaruhi adanya kenaikan harga komoditas hortikultura di beberapa daerah.

Truthfully, the only difference between you and mobil keluarga ideal terbaik indonesia experts is time. If you'll invest a little more time in reading, you'll be that much nearer to expert status when it comes to mobil keluarga ideal terbaik indonesia.

"Saya melihat adanya curah hujang yang cukup tinggi di penghujung tahun 2010 ini mengakibatkan adanya keterlambatan distribusi barang - barang termasuk komoditas sayuran ke beberapa daerah," jelasnya.

Dalam hal ini, menurut Anggota Komisi IV DPR RI, pihaknya mengimbau kepada para pedagang untuk tidak mencari keuntungan yang berlebih.

"Kami harap para pedagang tidak mencari keuntungan yang berlebih dibalik kesusahan yang tengah dihadapi masyarakat saat ini demi terciptanya daya jangkau konsumen terhadap kebutuhan barang sehari -harinya," tegasnya.

Kata Herman, kelak dengan adanya Undang - Undang Horikulura mampu menciptakan stabilitas harga komoditas hortikultura maupun peningkatan kesejahteraan petani.

"Melalui Undang - Undang Hortikultura tersebut kami bermaksud menyediakan pembangunan sistem distribusi untuk menjamin produk hortikultura di dalam negeri," demikian Herman. (*)