Sleman (ANTARA News) - Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamenku Buwono X mengatakan kesejahteraan dan kedamaian masyarakat dapat terwujud melalui darma bakti pemimpin dan rakyat, seperti pemahaman masyarakat Jawa tentang "Memayu hayuning bawono". "Dalam pemahaman `Memayu hayuning bawono` (memperindah dunia lowongan kerja terbaru yang indah), pemimpin harus dapat mendarmakan dirinya dengan tulus, serta menjalankan amanah yang telah diberikan oleh rakyat. Begitu pula rakyat, harus mendarmakan dirinya dan kemampuannya untuk pemerintah, sehingga kesejahteraan masyarakat dapat terwujud," katanya di Sleman, Sabtu.

Sultan mengatakan hal itu ketika menjadi inspektur upacara peringatan hari ulang tahun (HUT) ke-94 Kabupaten Sleman di lapangan Denggung, Sleman.

Amanat Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat pada upacara tersebut disampaikan dengan menggunakan Bahasa Jawa.

Ia mengatakan dalam peringatan HUT ke-83 Kabupaten Sleman pada 1999, dirinya memberikan pusaka Kyai Turun Sih kepada kabupaten ini.

"Pusaka di sini dimaknai sebagai budaya dan pamor dari religi, dan bukan sebagai senjata untuk berperang," katanya.

Sehingga, menurut dia, diharapkan pusaka ini dapat menjadi lambang perjuangan siapa pun yang memimpin Kabupaten Sleman untuk menuju kesejahteraan masyarakat.

I trust that what you've read so far has been informative. The following section should go a long way toward clearing up any uncertainty that may remain.

Ia mengatakan pemimpin juga harus melebur di masyarakat, sehingga tercipta kedekatan. "Pemimpin harus senantiasa berlaku asah, asih, dan asuh terhadap masyarakat, dan apa yang terjadi di masyarakat, pemimpin juga merasakannya," katanya.

Dalam rangkaian perayaan memperingati HUT ke-94 Kabupaten Sleman diadakan kirab pusaka dan pawai "prajurit" yang dimulai dari Lapangan Denggung, setelah sebelumnya pada pukul 14.30 WIB dilakukan pengambilan pusaka serta panji lambang daerah di Pendopo Parasamya.

Pusaka tersebut diserahkan oleh sekretaris daerah kepada "pangreh upacara" (pimpinan upacara). Kemudian diserahkan kepada petugas pembawa pusaka untuk dibawa menuju tempat upacara.

Selain itu juga ditampilkan fragmen `Mutiara Sembada` yang disajikan oleh gabungan dari Sanggar Tari Kembang Kusuma, Paguyuban Dayakan Simo Merapi, Siswo Kawedar, SMA Negeri 1 Seyegan, SMA Negeri 1 Sleman, dan SMA Negeri 2 Ngaglik.

Upacara HUT ke-94 Kabupaten Sleman diikuti sekitar 3.000 "prajurit" dari 17 kecamatan, dan seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).

Selain menggunakan Bahasa Jawa, dalam upacara tersebut seluruh peserta mengenakan pakaian adat Jawa.(*)

(U.V001/B/M008/R009)