Yogyakarta (ANTARA News) - Upacara tradisional Grebeg Besar Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang digelar berkaitan dengan Idul Adha 1430 Hijriah, Sabtu, menarik perhatian sejumlah wisatawan mancanegara yang tengah berkunjung ke Kota Yogyakarta. Mereka tampak antusias mengikuti seluruh rangkaian proses upacara adat itu dan sesekali mengabadikannya dengan kamera foto maupun video.

Kegiatan itu juga ditonton oleh warga Yogyakarta dan daerah sekitarnya meskipun berlangsung di bawah terik matahari.

Prosesi upacara tradisional grebeg besar berupa iring-iringan empat gunungan yaitu gunungan lanang (laki-laki), wadon (perempuan), gepak maupun pawuhan itu dikeluarkan dari dalam Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat melewati Siti Hinggil, Pagelaran, Alun-alun Utara, dan berakhir di halaman Masjid Gede Kauman.

Gunungan yang dibuat dari bahan makanan seperti sayur-sayuran, kacang, cabai merah, telur, ubi dan beberapa pelengkap yang terbuat dari ketan dan dibentuk menyerupai gunung yang melambangkan kemakmuran dan kekayaan tanah Keraton Mataram.

Parade gunungan yang dipimpin Manggoloyudho (panglima perang) GBPH Yudhaningrat itu disambut tembakan salvo dari para prajurit keraton ketika keluar dari dalam keraton dan melewati Alun-alun Utara.

If your tech facts are out-of-date, how will that affect your actions and decisions? Make certain you don't let important tech information slip by you.

Iringan gunungan tersebut dikawal sembilan pasukan prajurit keraton, diantaranya prajurit Wirobrojo, Ketanggung, Bugis, Daeng, Patangpuluh, Nyutro. Mereka mengenakan seragam dan atribut aneka warna dan membawa senjata tombak, keris serta senapan kuno.

Selanjutnya gunungan dibawa ke Masjid Agung/Besar Kauman Yogyakarta untuk didoakan penghulu keraton, kemudian menjadi rebutan ratusan warga yang sudah sejak pagi menunggu di halaman masjid.

Warga yang memperoleh bagian gunungan percaya bahwa sedekah Raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat Sri Sultan Hamengku Buwono X tersebut akan membawa berkah bagi kehidupan mereka.

Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat selama setahun menyelenggarakan upacara tradisional grebeg sebanyak tiga kali yaitu Grebeg Syawal yang diselenggarakan bertepatan dengan Idul Fitri, Grebeg Besar bertepatan dengan Idul Adha dan Grebeg Maulud atau bertepatan dengan peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Ketua Yayasan Widya Budaya Yogyakarta Widi Utamingsih mengatakan upacara adat Grebeg yang diselenggarakan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat merupakan kegiatan budaya yang manarik perhatian warga Yogyakarta maupun wisatawan mancanagara.

Mestinya kegiatan adat tradisional tersebut dikemas menjadi paket wisata yang menarik sekaligus melestarikan budaya yang sampai kini masih menjadi kehidupan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

Peristiwa budaya ini diharapkan menjadi tontonan menarik bagi wisatawan baik dari nusantara maupun mancanegara, apalagi Keraton Ngayogyakarta Hadingrat adalah salah satu dari segitiga emas wisata Jateng-DIY. (*)