Yogyakarta (ANTARA News) - Karya fotografi Timoteus Anggawan Kusno yang ditampilkan dalam pameran bertajuk "What`s Good Today?", mencoba melihat satu hal baik dari satu hari yang penuh dengan rutinitas, kepenatan, dan kepanasan. "`What`s Good Today?` adalah sebuah konsep tentang bagaimana merespons dan melihat satu hari yang biasa di tempat biasa dengan cara yang tidak seperti biasanya, sehingga terlihat baik," kata pengamat seni Wimo di Yogyakarta, Rabu.

Menurut dia, dalam pameran yang digelar di ViaVia Travelers Cafe Yogyakarta hingga 17 Desember 2009 itu, Timoteus sengaja tidak mengikrarkan gagasannya pada satu bentuk average tertentu, tetapi cenderung mengaplikasikanya dalam bentuk yang lebih beragam dan dekat dengan keseharian.

"Timoteus ingin menawarkan sebuah dialog, melalui serangkaian atmosfer, sebuah perasaan yang optimistis. Dengan melihat kesederhanaan yang ada di sekitar yang berpotensi untuk bisa diangkat lagi dalam pembentukan wacana yang lebih luas," katanya.

How can you put a limit on learning more? The next section may contain that one little bit of wisdom that changes everything.

Ia mengatakan dalam pameran itu Timoteus mengeksplorasi gagasan tersebut dalam beragam bentuk dan average penyampaian, yang berangkat dari beberapa karya instalasi yang pernah digarapnya, serta benda-benda sederhana yang sering dijumpai sehari-hari.

"Bentuk yang ditawarkan untuk dipamerkan adalah serangkaian benda-benda yang berangkat dari visual yang mewakili gagasan `What`s Good Today?`. Bentuk-bentuk sederhana yang disusun untuk membangun kedekatan dan kehangatan," katanya.

Kedekatan dan kehangatan itu, menurut dia mampu menumbuhkan suatu atmosfer positif dan suasana optimistis yang intim, seperti sebuah obrolan minum kopi yang seru dengan seorang kawan lama.

Ia mengatakan dalam pameran itu bukanlah detil fotografis secara parsial dan teknis yang menjadi fokus utama. Rangkaian visual yang memang banyak berangkat dari fotografi tersebut lebih merupakan elemen pembentuk karya secara keseluruhan yang memang dibangun untuk menciptakan sebuah atmosfer.

"Yang ingin dibangun adalah bagaimana mengalami karya-karya yang saling terangkai dalam satu perasaan, dan energi itu bisa dirasakan dan dialami secara holistik," katanya(*)